Untuk menciptakan media yang berkualits dan mendapat tempat di hati pembaca harus didukung oleh wartawan yang profesional dan berkualitas. Sehingga media bisa mencerdaskan masyarakat dan membawa manfaat bagi pembaca. Jadi media masa tidak saja sebagai sumber informasi tapi juga sebagai sumber belajar dan mencari ilmu pengetahuan bagi masyarakat.
Demikian dikatakan anggota Dewan Pers, Leo Batubara, dalam lokakarya Jurnalistik yang dilaksanakan oleh Dewan Pers dan lembaga Pers Dr.Soetomo, di Hotel Indrapuri, Bandarlampung, beberap waktu lalu.
Leo Batubara juga mengkritik menjamurnya media masa yang terbit di era kebebasan pers ini, tanpa diiringi dengan kualitas pemberitaan. Kurangnya kualitas media masa karena wartawannya yang kurang profesional, setidaknya memiliki kamampuan pengetahuan yang luas.
Untuk menjadikan wartawan berpengetahuan luas dan profesional, wartawan baik secara individu maupun lembaga harus didukung dengan pelatihan dan pendidikan baik formal maupun non formal. Selain mempunyai pengetahuan, wartawan harus mempunyai kelebihan dan bakat sehingga bisa meningkatkan kualitasnya.
Sehingga jenjang kewartawanan bisa terlihat. “Bagaimana sebuat terbitan menjadi bermutu kalau wartawanya kurang berkualitas. Orang yang tadinya menjadi pekerja keras dan tidak punya skil tiba-tiba menjadi wartawan,” ujar Leo Batubara berapi-api.
Pengaduan
Bersama dengan era kebebasan pers, banyak sekali wartawan yang belum memahami kode etik jurnalistik. Akibatnya pemberitaan yang dihasilkannya menuai protes dan berlanjut sampai ke proses hukum. Saat ini sudah ada 1.000 lebih pengaduan tentang wartawan ke Dewan Pers. Dari beberapa persoalan masih sedikit yang bisa diselesaikan. Bahkan, kata Leo, terkait pemberitaan media masa presiden dan wakil presiden sendiri mengeluhkan kepada Dewan Pers.
Karena itulah, Dewan Pers melakukan pelatihan-pelatihan ke daerah-daerah dengan harapan para wartawan terutama redaktur dapat lebih profesional dalam menjalankan tugasnya. * (rel/dp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar