KALAU – Kita mengikuti perkembangan film nasional pada tahun 2006 lalu, beredar film yang mengangkat seputar kehidupan Poligami yang berjudul ‘Berbagai Suami’. Adalah sosok Nia Dinata, sutradara muda yang mencoba mengangkat persoalan poligami ke layar lebar.
Dalam pandangan sutradara muda ini, tradisi poligami sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Wacana beristri lebih dari satu ini selalu diikuti pro dan kontra, ada yang menentang, tidak sedikit pula yang mendukungnya.
Film itu berkisah tentang kehidupan tiga orang perempuan yang harus rela dimadu. Tiga perempuan berasal dari tiga kelas sosial, ekonomi dan suku yang berbeda membuka tabir tentang poligami mereka.
Alur ceritanya begitu menarik, menghibur dan sarat dengan berbagai pesan yang hendak disampaikanya, paling tidak ada pelajaran untuk lebih memahami kehidupan keluarga yang berpoligami, sebelum kita sendiri memutuskannya untuk berpoligami. Paling tidak dalam film ‘Berbagai Suami’ tidak sekedar berkutat pada nafsu dan harta semata sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para penentang Poligami, namun disana ada cinta, keikhlasan dan persahabatan.
Poligami atau beristri lebih dari satu, sebagaimana dipaparkan dalam film ‘Berbagai Suami’ memang bukan perilaku orang berada saja seperti Haji Ali Imron (El Manik). Pak Lik (Lukman Sardi), seorang sopir sebuah rumah produksi atau Koh Abun (Tio Pakusudewo), koki yang juga pemilik restoran bebek goreng pun bisa berpoligami.
Ada beragam alasan yang membuat mereka memilih berpoligami. Haji Imron, misalnya, punya alasan tersendiri untuk menikah lagi, dengan asalan menghindari zina, yang dilarang agama. Apalagi dalam ajaran Islam, memang tidak melarang orang seorang suami beristri lebih dari satu, asalkan mampu berlaku adil katanya. Salma (Jajang C.Noer), dokter kandungan berdarah Betawi, istri Haji Imron, awalnya memang tidak sudi di madu. Salma awalnya berang. Tapi, Pak Haji selalu punya kalimat pamungkas. “Cuma ngindarin zina,” tuturnya.
Perempuan itu lama-kelamaan akhirnya bisa berdamai dengan sikap suaminya itu. Pilihan yang sulit, tapi harus diterimannya. “Ini sudah takdir,” pikir Salma. Ya, Salma pada akhirnya merelakan membagi suaminya dengan perempuan lainnya, Indri (Nungki Kusumastuti). Namun, Nadin (Winky Wirawan), anak semata wayangnya, justru bisa memberinya kekuatan untuk bertahan. Menjadi adil memang terasa gampang dibayangkan, tapi ternyata susah dilakukan.
Poligami, awalnya memang indah, tapi orang sehebat Haji Imron pun dibuat tak berdaya. Seadil-adilnya, Haji Imron tetaplah tak adil bagi istri-istrinya. Selalu ada perasaan diduakan dan rasa iri yang berkecamuk di hati para istrinya. Tapi, Haji Imron, meski dianggap ‘tidak adil’ oleh kedua istrinya, toh masih merasa perlu punya istri lagi.
Satu istri mudanya lagi-lagi muncul, justru ketika Pak Haji harus di rawat di Rumah Sakit lantaran terserang stroke. Kini tiga perempuan dinikahinya. Pada akhirnya, persaingan pun tak terhindarkan. Masing-masing merasa paling memiliki. Digambarkan bagaimana lucunya melihat ketiga istri berebut memperhatikan suaminya.
Inilah satu dari tiga kisah yang dihadirkan Nia dalam film ‘Berbagai Suami’ yang disutradarainya. Dalam babak kedua, lalu beralih kepada Siti (Shanty), gadis Jawa yang mencoba peruntungan ke Jakarta. Adalah Pak Lik (Lukman Sardi), yang mengajaknya ke Jakarta. Di rumahnyalah ia bakal menetap bersama dua istri, Dwi (Rieke Dyah Pitaloka) dan Sri (Ria Irawan).
Sial, niat bekerja di Jakarta, eh Siti malah dinikahi Pak Lik. Lain istri-istri terdahulu Pak Lik. Tak ada cekcok di antara mereka. Malah saling dukung di antara ketigannya. Mereka hidup akur meski harus tinggal berdesak-desakan di satu rumah.
Nia memang boleh jadi amat berhasil memotret fenomena yang ada di sekeliling kita. Tidak hanya mampu membuat cerita yang menarik, tetapi plot cerita pun terjaga. Meski film itu punya tiga bagian dengan cerita yang berbeda, tetapi keterkaitan antara ketiganya memang terasa begitu mulus. Tak terkecuali di bagian ketiga, Ira Maya Sopha yang tampil memerankan karakter Cik Linda, istri Koh Abun, yang jutek dan dominan pada suaminya.
Sederhana, namun bermakna, itulah yang hendak disampaikan dalam “Berbagai Suami’. Nia seolah ingin mendobrak tabu tentang Poligami, dan membuka pikiran masyarakat tentang pembagian cita dalam perkawinan. Bahwa baik laki-laki maupun perempuan, masing-masing punya pilihan dalam hidup, semua harus siap dengan konseskuensi dan tantangannya. Paling tidak di zaman sekarang, kita sendiri yang memilih jodoh dan pasangan hidupnya, sekalipun harus ‘Berbagi Suami’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar